INFORMASI DI BLOG INI HANYALAH SEKEDAR UNTUK TUJUAN INFORMATIF TAMBAHAN SAJA, untuk informasi dan berita selengkapnya silahkan kunjungi Website resmi Universitas Katolik Santo Thomas SU pada laman : http://www.ust.ac.id/

Se­mi­nar Nasional Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas “Pendidikan Ke­bangsaan Revitalisasi Nilai-nilai Pan­casila”


Se­mi­nar Nasional Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas “Pendidikan Ke­bangsaan Revitalisasi Nilai-nilai Pan­casila” yang menghadirkan pem­bicara, di antaranya, Menteri Dalam Ne­geri Tjahjo Kumolo, Ketua Pen­di­dikan Ideologi Kebangsaan Yudi Latief dan Ketua PBNU Dr KH Said Aqil Siradj, Sabtu (16/9).

Tjahjo Kumolo dalam paparan­nya, mengatakan, saat ini pemerintah me­naruh perhatian yang besar dalam pemantapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar falsafah negara. Pembentukan Unit Kerja Pemantap­an Ideologi Pancasila adalah salah satu bukti keseriusan pemerintah dalam mengembangkan dan mena­nam­kan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kurikulum pemantapan Pan­casila itu terdiri dari pengetahuan ten­tang moral (moral awareness, pers­pective taking, moral reasoning, decision making and self-knowledge). Moral feeling atau perasaan tentang moral (conscience, self-esteem, empathy, loving the good, self-control, dan humanity) dan Moral action atau nilai Pancasila yang menjadi sistem nilai yang men­dorong seseorang mela­kukan per­buat­an moral (competence, will dan habit),” ujarnya. Kepala Unit Kerja Pemantapan Nilai-nilai Pancasila Yudi Latief yang juga hadir menjadi pembicara memaparkan bahwa bang­sa Indo­ne­sia memiliki keane­ka­ra­gaman yang luar biasa. Yang tidak dimikili oleh bangsa lain di dunia.

“Sebuah keragaman yang meru­pa­kan anugerah dari Sang Pencipta, se­hingga tidak perlu diperdebatkan, disangkal maupun disengketakan. Nenek moyang umat manusia itu sama dari Afrika sana, lalu kemudian eksodus dan Indonesia menjadi titik kumpul paling penting dalam sejarah peradaban manusia,” ujarnya.

Ia menjelaskan, atas keberagaman itu, lahirlah Indonesia. Manusia yang mendiami kepulauan di Indonesia sepakat mengangkat Pancasila sebagai ideologi bangsa. Pancasila lah yang menyatukan Hindu, Bud­dha, Kristen, Islam dan Konghucu. Pan­casila alat pemersatu bangsa dan itu harus ditegakkan dalam sistem berbangsa dan bernegara.

Ketua PBNU Dr Said Aqil Siradj juga berpandangan serupa. Menurut­nya, Indonesia bisa meraih kebeba­san dengan darah dan air mata. Bukan ha­nya ulama yang berjuang, tapi se­gala etnis, lintas suku dan agama. Semua memiliki peran yang signifi­kan dalam pembentukan ne­gara Indonesia dan melalui per­jua­ngan yang tak mudah dari Be­landa.

“Ulama NU berjuang di Surabaya. Karenanya hingga saat ini, NU ber­ko­mitmen menjaga kedaulatan ne­gara menjaga Pancasila dan UUD 1945. Tidak ada negara Islam, bah­kan Nabi Muhammad SAW tidak per­nah mendeklarasikan negara Is­lam. Salah itu,” ujar Said Aqil Siradj.

Ia berharap, semua umat bergan­de­ngan tangan untuk menangkal pa­ham-paham atau ideologi yang ber­tentangan dengan dasar negara. Ka­lau ada yang mau mengganti ideologi In­donesia maka itu musuh bersama yang harus dilawan dan dihempang.

“Kita sesama umat beragama tidak boleh saling menjelekkan, mari bergandeng tangan. Indonesia adalah ne­gara yang kaya dan subur, yang ha­rus terus dikembangkan. Bisa ber­kem­bang hanya dengan persatuan dan kesatuan rakyatnya,” ujarnya.

Ketua Yayasan Unika Santo Tho­mas Medan Dr Cosmas Batubara didampingi Rektor Unika Dr Frietz R Tambunan merasa tersanjung dengan kehadiran dari para pembi­cara dalam seminar nasional tersebut.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Se­mi­nar Nasional Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas “Pendidikan Ke­bangsaan Revitalisasi Nilai-nilai Pan­casila”"

Posting Komentar

Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman artikel terbaru di inbox anda:

Delivered by FeedBurner